apalagi.net–SAMARINDA. Pembangunan ruang publik di kawasan pasar segiri Kota Samarinda dilakukan tanpa menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Hal tersebut dipastikan Wali Kota Samarinda, Andi Harun saat melaksanakan ground breaking pada, Kamis (2/5/2024).
Andi Harun mengatakan bahwa sebagai projek perdana di Kalimantan yang diawali di kota Samarinda, nantinya kegiatan pembangunan ini akan berfokus pada ketahanan iklim yang dikerjakan oleh kemitraan swasta yakni Center for Climate and Urban Resilience Universitas 17 Agustus (CeCUR) Surabaya sebagai pelaksana teknis.
“Sebelumnya impian ini memang telah dikejar sejak tahun 2021. Setelah melalui proses panjang, kini pembangunan dipastikan berjalan dan dapat rampung di tahun ini. Proyek ini ini murni dibiayai oleh mitra, bantuan dana kurang lebih 800 ribu US dollar. Tidak ada campur tangan dari APBD. Ini perjuangan kita dan bukti bahwa pemkot sangat serius memanfaatkan jaringan global,” ucapnya.
Ia menyebutkan ibukota Kaltim ini perlu menyesuaikan kondisi cuaca dalam aspek pembangunan infrastruktur. Sebab lanjutnya, dalam proyek yang digarap CeCUR juga menerapkan metode partisipatif dengan merangkul aspirasi warga sekitar seperti para pedagang Pasar Segiri, hingga melibatkan konsultan lokal.
“Kita juga harus membangun dengan model pembangunan yang tidak hanya sekadar mementingkan aspek infrastrukturnya saja, tapi juga harus di desain dengan pembangunan manusianya. Ke depannya juga bisa menjadi model pemerintahan yang tidak selalu bertumpu pada APBD, tapi juga bisa dengan cara membangun jaringan dengan kemitraan baik di dalam maupun di luar negeri,” sebutnya.
Target penyelesaian proyek senilai Rp 5 miliar tersebut dikatakan AH sapaan akran Wali Kota Samarinda itu hingga September mendatang.
“Kira-kira di bulan Agustus atau September dapat selesai, atau setidak-tidaknya dapat digunakan di tahun ini,” ucapnya.
Sementara itu, Executive Director CeCUR Retno Hastijanti menerangkan Samarinda Embracing The Sun bukan sekadar pemenuhan RTH biasa bagi Kota Samarinda, namun akan dirancang khusus untuk meningkatkan ketahanan iklim bagi masyarakat.
Sebab itu, Retno menjelaskan bahwa selama ini CeCUR lebih dulu membangun dialog dengan melibatkan masyarakat sekitar untuk meningkatkan kesadaran terkait perubahan iklim dan pentingnya RTH. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor tertundanya pembangunan ini.
“Memang dari tahun 2021 sudah dibicarakan dan selama ini molor karena masyarakat harus belajar dulu. Sebelum masyarakat belajar trainer nya harus belajar dulu tentang air dan sebagainya. Tapi targetnya projek ini September rampung,” pungkasnya. (Adv)