apalagi.net– Penderita penyimpangan seksual biasanya tidak menyadari kelainan seksual yang diderita. Sering kali kondisi ini bisa menyebabkan penderita tidak nyaman, namun tidak mampu untuk mengatasinya. Bahkan orang-orang di sekitarnya juga kerap terganggu dengan kebiasaan yang dilakukan oleh penderita.
Kekerasan seksual pada anak termasuk penyimpangan seksual yang berbahaya dan patut diwaspadai. Selain pedofilia, apa lagi jenis penyimpangan seksual lainnya yang lain.
Definisi penyimpangan seksual telah mengalami perubahan seiring berjalannya waktu dan budaya pada masyarakat.
Saat ini, penyimpangan atau parafilia diartikan sebagai segala ketertarikan seksual yang kuat dan tetap, selain ketertarikan seksual yang normal dengan pasangan manusia yang memberikan persetujuan.
Berikut merupakan jenis-jenis penyimpangan seksual :
1. Voyeurism
Voyeurism adalah kelainan yang dialami ketika seseorang merasa bergairah dan terangsang ketika mengintip atau menonton tanpa sepengetahuan seseorang yang sedang telanjang, berganti baju, atau sedang melakukan kegiatan seksual.
Orang yang mengidap Voyeurism dapat mengganggu privasi orang lain di dalam rumah, ruang ganti, atau area yang seharusnya menjadi ruang privat. Pelaku Voyeurism juga sering merekam atau memotret kegiatan seksual orang lain tanpa izin.
2. Exhibitionism
Orang yang mendapatkan kepuasan dan keinginan seksual dengan memperlihatkan genital mereka atau bermastrurbasi di depan orang lain.
Mereka membutuhkan reaksi seperti terkejut atau diperhatikan orang lain.
Namun, biasanya mereka tidak menginginkan kontak seksual sehingga jarang melakukan kekerasan seperti perkosaan.
3. Frotteurism
Frotteurism adalah jenis penyimpangan seksual yang berfantasi dan memiliki dorongan seksual yang kuat untuk menyentuh payudara, kaki, bokong, atau genital orang lain tanpa persetujuan, biasanya mereka akan menggesekkan pelvis atau penis mereka ke orang lain dari belakang.
Para pengidapnya menyukai kegiatan seksual yang privat, namun dilakukan di ruang publik.
Dikategorikan sebagai kekeraan seksual frotteurism biasanya dilakukan di tempat ramai seperti bus, kereta, lift, bahkan jalanan.
4. Masochism
Masochism adalah jenis penyimpangan seksual yang membuat pengidapnya merasa terangsang ketika dihina, dipukul, diikat, atau disakiti.
Biasanya para masokis akan berusaha mencari dan berinteraksi dengan pasangan yang mengidap kecenderungan sadism untuk memenuhi kebutuhan seksual mereka.
5. Sadism
Orang dengan sadism atau sadisme memiliki jenis penyimpangan seksual dengan merangsang ketika melakukan kekerasan secara fisik maupun psikologis terhadap pasangannya.
Jika dilakukan kepada pasangan yang tidak memberikan persetujuan, sadism dapat dikategorikan sebagai tindakan kriminal.
Apabila dilakukan dengan kesepakatan, hubungan antara pengidap sadism dan masochism dapat saling memenuhi kebutuhan satu sama lain.
6. Pedophilia
Penyimpangan seksual pedophilia ditandai dengan fantasi seksual, keinginan, atau perilaku seksual yang intens dan berulang, melibatkan anak-anak dibawah 13 tahun.
Pedophilia mungkin dapat tertarik kepada anak laki-laki, anak perempuan, atau keduanya.
Sebagian pedofil memiliki kriteria khusus seperti rentang umur tertentu, memiliki hubungan darah, dan lain-lain.
Beberapa pengidap pedofil juga dapat tertarik kepada anak-anak saja, namun ada pula yang juga tertarik kepada orang dewasa.
Dari sebagian besar kasus, biasanya pelaku adalah orang yang telah dikenal anak, seperti orang tua, kerabat, guru, atau tetangga.
7. Fetishism
Fetishism adalah penggunaan sebuah objek atau bagian tubuh nongenital untuk merangsang hasrat seksual.
Orang yang memiliki fetish biasanya dapat terstimulasi secara seksual dengan beberapa cara seperti memakai, memegang, meraba, atau mengendus objek seperti sepatu wanita dan lingrie. Bagi fetishism yang tertarik pada anggota tubuh nongenital disebut partialism.
Pengidap partialism memiliki ketertarikan khusus dan terstimulasi ketika menyentuh bagian tubuh tertentu, contohnya kaki dan jari tangan.
8. Transvestism
Transvestism adalah jenis penyimpangan seksual yang pengidapnya merasa terangsang ketika menggunakan pakaian seperti lawan jenisnya atau crossdressing.
Namun, tidak setiap orang yang crossdressing mengidap transvestism.
Orang dengan transvestism juga belum tentu menginginkan berubah menjadi lawan jenis seperti pada transgender.